Showing posts with label Journals. Show all posts
Showing posts with label Journals. Show all posts

Thursday, 5 December 2019

KAJIAN PERSIAPAN PEMINDAHAN IBUKOTA NEGARA TERKAIT ASPEK SUMBER DAYA MANUSIA DITJEN PERBENDAHARAAN


ABSTRAK


Pemindahan ibu kota adalah bukan sesuatu yang baru karena hal ini sudah ada sejak tahun 1800 an. Sejarah mencatat pemindahan ibu kota sudah dilakukan banyak negara diantaranya: Nigeria, Brasil, Australia, pakistan, India, dan USA. Pemindahan ibu kota tentunya disertai dengan pembangunan infrastruktur&prasarana baru dan disertai kepindahan penduduk, kantor pemerintah&swasta, serta sumber daya manusia (SDM) nya.
Di Indonesia, sejarah akan mencatat pemindahan ibu kota yang rencananya akan dimulai pada tahun 2024 dari Jakarta ke Kalimantan Timur (tepatnya di Panajam Paser Utara dan kabupaten Kutai Kertanegara)  yang akan memberikan konsekuensi terhadap Direktorat Jenderal Perbendahaaran untuk mensukses program tersebut dengan ikut merelokasi/memindahkan para pegawainya ke ibu kota yang baru. Tentu saja hal ini akan berdampak secara fisik ataupun psikologis terhadap seluruh pegawai. Hal ini membuat  human resource manager memainkan peran yang penting dari tahap perencanaan, komunikasi antara organisasi & pegawai, sampai dengan pengelolaan talenta dalam masa transisi pemindahan ibu kota tersebut.
Terkait hal tersebut, perlu dikaji secara mendalam langkah-langkah strategis untuk mensukseskan pemindahan pegawai beserta penyelesaian permasalahan yang timbul di saat transisi pemindahan ibu kota. Menurut hasil kajian terdapat 3 bagian yaitu tahap planning, communication, dan Implementation (retention dan hiring) yang harus dipersiapkan sebaik mungkin agar proses pemindahan pegawai berjalan lancar sesuai harapan.

Keywords: Pindah ibu kota, Demografi SDM DJPb untuk ibu kota baru.
Penulis: Saefudin
Bagian SDM
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Gedung Prijadi I lt.2
Jakarta 10710
Email: hrd.perbendaharaan@gmail.com



                                                                                                             

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Ibukota negara Indonesia merupakan salah satu kota terpadat di dunia (masuk kategori 25 kota terpadat), sehingga memiliki berbagai permasalahan yang kompleks terkait kepadatan tersebut. Permasalahan tersebut mulai dari masalah kemacetan dan transportasi yang masih kurang memadai, penduduk yang sangat padat, permasalahan banjir, minimnya ketersediaan air bersih, dan polusi udara di Jakarta. Jakarta merupakan pusat pemerintahan dan pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Terkait permasalahan ibu kota tersebut, pemerintah berinisiatif untuk memindahkan ibu kota ke Kalimantan Timur. Keputusan untuk memindahkan lokasi ibu kota ini dilakukan selain untuk mengurangi permasalahan yang kompleks di Jakarta, juga mampu membangun pusat pertumbuhan ekonomi baru dan mampu mengurangi disparitas ekonomi yang terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, DJPb  sebagai instansi penunjang pemerintah dalam hal belanja negara harus ikut serta mensukseskan kepindahan ibu kota baru dari sisi SDM nya. Terkait hal tersebut Bagian SDM DJPb harus menyiapkan komposisi pegawainya yang dapat membangun dan mensukseskan ibu kota baru tersebut. Arahan ikut membantu program pindah ibu kota tersebut sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan nomor 794/KMK.01/2019 tentang Tim Persiapan Pemindahan Ibukota Negara di Lingkungan Kementerian Keuangan tanggal 17 Oktober 2019, dalam hal ini butir 7.b. untuk membuat kajian terkait aspek sumber daya manusia terkait dengan pemindahan pegawai di lingkungan kementerian keuangan, serta penjabaran mulai kapan masa transisi kepindahan ibu kota tersebut akan dilaksanakan.

B.     Permasalahan

Adapun permasalahan yang mungkin timbul atas pemindahan pegawai DJPb dari Jakarta ke Kalimantan Timur  adalah sebagai berikut:
1.   Bagaimana membuat suatu perencanaan formasi SDM pada masa transisi kepindahan ibu kota (mulai tahun 2024) yang tepat berdasarkan demografi SDM DJPb yang ada saat ini untuk mensukseskan kepindahan ibu kota terkait aspek SDM nya.
2.  Bagaimana cara menerapkan komunikasi yang efektif kepada para pegawai untuk bisa ikut mensukseskan program kepindahan ibu kota
3.   Bagaimana tahapan implementasi kepindahan pegawai ke ibu kota baru

C.     Tujuan Penulisan

Penulisan kajian ini dipergunakan sebagai salah satu alternatif yang dapat dipergunakan instansi DJPb sebagai bahan pertimbangan pelaksaaan pemindahan SDM dari Jakarta ke ibu kota baru di Kalimantan Timur.

D.    Metode Penelitian

Data yang dipergunakan untuk penulisan kajian ini berasal dari data pada aplikasi PbnOpen dan data sekunder dari jurnal/paper nasional/internasional, berita online,  artikel ilmiah, dan website.

E.     Kajian Literatur

      Kesuksesan pada pemindahan ibu kota biasanya dikarenakan faktor keberhasilan dalam membangun infrastruktur dan ekonomi di ibu kota baru tersebut, namun hal ini tidak lepas juga dengan peran SDM yang membangun pemerintahan di ibu kota baru tersebut. Berikut beberapa negara yang berhasil memindahkan ibu kotanya beserta SDM pemerintahnya:
a.    Brazil memindahkan ibu kotanya dari Rio De Jaeniro ke kota Brasila pada tahun 1960 dengan alasan populasi yang sangat padat. Negara ini telah sukses membangun prasarana dan ekonomi di ibu kota barunya dan berhasil memindahkan sebagian penduduk serta SDM di pemerintahan mereka.
b.    Australia memindahkan ibu kotanya pada tahun 1913 dengan alasan memberikan alternatif ibu kota kepada daerah yang berada di tengah-tengah antar kota terbesar mereka yaitu Sydney dan Melbourne. Meskipun Canberra memiliki penduduk yang sedikit dan terbilang kota yang sepi namun berhasil merelokasi SDM pemerintahannya dari kota sydney/melbourne ke kota ini.
c.     India mulai memindahkan ibu kotanya pada tahun  1912, namun baru selesai pada tahun 1931 dari kota Delhi ke New Delhi dengan alasan kepindahan yaitu India menginginkan daerah yang netral sehingga dipilihlah area baru yang bernama New Delhi. India berhasil memindahkan seluruh SDM di legislatif, yudikatif dan eksekutif ke New Delhi walapun membutuhkan waktu yang cukup lama menyelesaikan kepindahan ibu kota tersebut.
Namun, faktanya tidak semua pemindahan ibu kota berjalan mulus. Berdasarkan catatan Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), ada beberapa bukti konkret pemindahan ibu kota berakhir dengan kegagalan yaitu:
a.  Meskipun ibu kota sudah berpindah dari Kuala Lumpur ke Putrajaya pada 1999, namun pegawai pemerintahan Malaysia justru tidak ikut berpindah ke Putra Jaya dengan alasan faktor keluarga.
b. Pemindahan Ibu Kota Tanzania dari Dar es Salaam ke Dodoma pada 1970-an dinilai mengalami kegagalan. Hal ini karena lambatnya perkembangan di lokasi baru tersebut dan banyak pegawai pemerintahannya yang tidak pindah.
c.    Pemindahan ibu kota Korea Selatan  dari Seoul ke Sejong sudah diputuskan sejak 2012, tapi sampai saat ini prosesnya masih belum selesai dan hanya berhasil memindahkan sebagian SDM pemerintahnya ke kota Sejong.
Kegagalan pemindahan ibu kota tersebut diantaranya dikarenakan kurangnya persiapan yang matang, sehingga kita perlu membantu mensukseskan relokasi ibu kota di negara kita khususnya relokasi SDM dari Jakarta ke Kaltim dengan perencanaan (tentunya dibantu komunikasi dan implementasi yang tepat) sebaik-baiknya pada program pemindahan tersebut karena perencanaan merupakan bagian untuk menjadikan tujuan lebih mudah tercapai (GreatBigMinds, 2018). 
Selain hal diatas, berikut pengalaman relokasi/pemindahan SDM pada berbagai perusahaan dari suatu kota ke kota lainnya di berbagai negara sebagai referensi tambahan:
a.    Perusahaan bernama Sodexo di negara Swedia yang melakukan pemindahan SDM ke kota lain. Dalam pemindahan kantor ini pihak manajer menggunakan aplikasi yang bernama Hummingbird iOFFICE sebagai sarana yang mempercepat tata laksana program kepindahan SDM yang memperjelas skema kepindahan, disamping peran optimis kedua belah pihak antara pimpinan dan karyawan di organisasi tersebut serta tidak adanya isu retensi dari para karyawannya. Data menunjukkan adanya peningkatan efisiensi yang dirasakan karyawan sebesar 94 persen (berdasarkan survei karyawan) dan meningkatkan kepuasan karyawan dari 77 persen menjadi 93 persen. Terkait hal ini perusahaan tersebut telah sukses memindahkan karyawannya ke tempat yang baru walapun butuh waktu transisi lebih dari 2 tahun.
b. Perusahaan bernama Beam Suntory di USA. Pihak eksekutif memutuskan untuk memindahkan perusahan dari daerah pinggiran Chicago ke pusat kota nya. Kunci sukses pemindahan organisasi dan SDM nya yaitu mereka menerapkan komitmen/konsistensi untuk melakukan transparansi disemua proses tahapan kepindahan, hal ini dapat mempermudah para pejabat dan karyawan untuk mengetahui time and schedule yang akurat pada proses pindah tersebut, sehingga proses transisi kepindaahnnya bisa lebih cepat.   
c.  Perusahaan Polycom di Califonia, USA. Perusahaan tersebut memindahkan karyawannya dari kota Pleasanton ke kota San Jose.  Para pemimpin Polycom memastikan komunikasi tentang langkah pemindahan secara jelas dan konsisten kepada karyawan. Perusahaan juga menyediakan layanan antar-jemput gratis untuk digunakan karyawan guna membantu mengurangi beban perjalanan. Kunci sukses dari perusahaan ini yaitu mereka dapat mengubah perasaan resistensi para karyawan yang dipindahkan menjadi optimis karena awalnya mereka under estimate terhadap fasilitas yang akan mereka dapatkan di lokasi yang baru.

1.      Kepala Biro Hubungan Masyarakat Badan Kepegawaian Negara (BKN) Mohammad Ridwan mengatakan sekitar 180.000 pegawai negeri sipil atau PNS akan dipindahkan ke Ibu Kota Baru. Pemindahan ratusan ribu PNS ini akan dilakukan secara bertahap ke sejumlah kementerian dan lembaga.
2.        PNS Angkatan 2017-2019 Wajib Pindah ke Ibu Kota Baru.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Syafruddin menegaskan aparatur sipil negara (ASN) muda di instansi pemerintah pusat wajib pindah ke ibu kota pemerintahan baru di Kalimantan Timur.
3.      Menurut Ketua Tim Kajian Pemindahan Ibu Kota Negara dari Bappenas Imron Bulkin bahwa Pemerintah akan menyediakan hunian bagi PNS beserta keluarganya berbentuk apartemen.  
4.         PNS dari 4 Kementerian Prioritas Dipindahkan ke Ibu Kota Baru.
yakni Kementerian Pertahanan, Kementerian Keuangan, Kementerian Hukum dan HAM, dan Kementerian Agama.
5.     PNS Milenial Diprioritaskan Pindah ke Ibu Kota Baru. Menurut Ketua Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) Zudan Arif bahwa pemerintahan ke depannya lebih menyasar ke IT berbasis elektronik dan anak-anak muda milenial inilah yang lebih awal dikirim mempersiapkan semuanya sehingga sistem dan programnya menjadi lebih cepat.


PEMBAHASAN


Terkait pegawai yang akan dipindahkan dari Jakarta ke ibu kota baru di Kalimantan Timur tidak terlepas dari berbagai permasalah teknis dan personal pada pegawai pemerintahan yang akan dimobilisasi dan akan dipersiapkan untuk membangun ibu kota baru tersebut. Sehingga, perlu dilakukan perencanaan sedini mungkin serta mengantisipasi segala hambatan yang timbul agar proses kepindahan tersebut berjalan sesuai keinginan. Menurut Eric Krell (2014) dalam artikelnya yang berjudul Managing Headquarter Relocations: How human resources professionals can attract and retain top talent when a company relocates bahwa terdapat beberapa langkah untuk menciptakan sebuah transisi relokasi/kepindahan organisasi agar berjalan lancar. Adapun berbagai tahapan tersebut adalah:

A.    Tahap Perencanaan Pemindahan (Planning steps)



Pada tahap perencanaan, Persiapan pemindahan Ibu Kota dari aspek sumber daya manusia sangat erat kaitannya dengan berbagai aspek pada tahapan pengelolaan pegawai dari rekrutmen dan penempatan pegawai (recruitment & placement) sampai persiapan pegawai yang akan menjalani masa purna bakti yang sudah disiapakan penggantinya dengan perekrutan pegawai baru (retirement & replacement) yang setiap tahunnya diusulkan berdasarkan perkiraan pertumbuhan zero growth. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan bagan/alur dibawah ini (bentuk simplikasi dari skema baku HRD 7 menjadi 4 bagian saja):

1.    Recruitment & Placement

a.    Kondisi Demografi SDM saat ini di Jakarta

·    Berdasarkan data pada PbnOpen saat ini, total pegawai pada Kantor Pusat, KPPN Jakarta I s.d. V, KPPN Khusus Pinjaman & Hibah, KPPN Khusus Penerimaan, dan KPPN Khusus Investasi adalah sebesar 1.472 orang. Adapun demografi SDM nya sebagaimana tabel berikut:
Nama Unit
pegawai
ABK
%pegawai/ABK
Gender
Usia > 50
%Usia>50
L
P
Kantor Pusat
1132
1205
94,02 (cukup)
971
162
107
9%
KPPN KPH
40
47
85,11 (cukup)
25
15
13
33%
KPPN Khusus Investasi
21
25
84 (cukup)
20
1
2
10%
KPPN Khusus Penerimaan
24
31
77,42 (kurang pegawai)
23
1
1
4%
KPPN Jakarta 1
50
56
89,29 (cukup)
28
22
10
20%
KPPN Jakarta 2
57
72
79,17 (kurang pegawai)
37
20
5
9%
KPPN Jakarta 3
48
59
81,36 (cukup)
25
23
17
35%
KPPN Jakarta 4
48
53
90,57 (cukup)
27
21
15
31%
KPPN Jakarta 5
52
56
92,86 (cukup)
25
27
20
38%

·      Hampir semua unit di Jakarta memiliki prosentase beban kerja terhadap pegawai yang memadai kecuali KPPN Khusus Penerimaan dan KPPN Jakarta 2 yang masih terdapat prosentase kurang antara jumlah pegawai terhadap beban kerja yang ada (77.42% dan 79.17%).
·      Terkait hal gender, masih terdapat beberapa unit (Kantor Pusat, KPPN Khusus Investasi, dan KPPN Khusus Penerimaan) yang masih belum berimbang terkait jumlah pegawai laki-laki dan perempuannya.
·      Pada KPPN KPH, KPPN Jakarta 3, dan KPPN Jakarta 5 cukup banyak pegawai yang telah mendekati masa pensiun, sehingga perlu dipersiapkan formasi pengganti saat pemindahan unit tersebut ke Kaltim.
·      Oleh karena itu, terkait pemindahan jumlah pegawai yang sangat banyak ini (sekitar 1472 pegawai), dipandang perlu untuk dapat menyiapkan formasi pegawai yang tepat jumlah dan tepat kualitas (right quality&quantity) untuk dipindahkan ke ibu kota baru.

b.    Kondisi Demografi SDM saat ini di Kalimantan Timur (Kaltim)

·      Demografi Pegawai di Kaltim untuk saat ini (3 KPPN) sebagai berikut:
Nama KPPN
Pegawai
ABK
%Pegawai/ABK
Gender
Usia > 50
%Usia>50
L
P
KPPN Samarinda
27
39
69,23 (Kurang pegawai)
14
13
3
11%
20
24
83,33 (cukup)
9
11
9
45%
13
14
92,86 (cukup)
7
6
3
23%

·      Kondisi saat ini di Kaltim terdapat 3 KPPN yaitu KPPN Samarinda, KPPN Balikpapan, dan KPPN Tanjungredeb dengan jumlah total pegawai 60 orang. Untuk KPPN Balikpapan dan KPPN Tanjungredeb sudah memiliki prosentase beban kerja terhadap pegawai yang memadai, namun untuk KPPN Samarinda masih terdapat prosentase kurang antara jumlah pegawai terhadap beban kerja yang ada (69.23%).
·      Dalam hal gender terdapat jumlah yang berimbang antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, untuk pegawai yang akan memasuki usia pensiun di saat pemindahan ibu kota jumlahnya cukup besar pada KPPN Balikpapan (45%) sedangkan jumlah pegawai memasuki usia pensiun pada 2 KPPN lainnya sangat kecil.

c.     Kondisi yang direncanakan/diharapkan saat pemindahan ibu kota

·      Saat pemindahan Ibu Kota diperkirakan jumlah gabungan unit dari Jakarta dan Kaltim akan menjadi 8 KPPN reguler, 3 KPPN khusus dan Kantor Pusat dengan total pegawai sekitar 1532 orang yang merupakan formasi cukup ideal untuk menjalankan tupoksi yang ada.
·      Adapun pemindahan pegawai tersebut dilakukan secara bertahap yang diperkirakan mulai tahun 2024 sehingga pada saat nya nanti, komposisi SDM di di ibu kota baru telah siap untuk mendukung transformasi Kaltim menjadi ibukota negara. Menurut Krell (2014) dalam artikelnya yang ber judul Managing HQ Relocations menyatakan bahwa Pemindahan pegawai dan unit ke tempat yang baru harus mempertimbangkan juga keseimbangan organisasi dan tidak menurunnya performa disalah satu lokasi.
·      Pada masa transisi pemindahan ibu kota, jumlah pegawai yang pindah dapat dilakukan dengan 2 metode opsi yaitu opsi pemindahan secara bertahap dan opsi pemindahan secara serentak. Sehingga jumlah formasi pegawai yang pindah akan mengikuti opsi tersebut
·      Sebagai hasil dari proses perencanaan, profesional SDM harus membuat dokumen kebijakan yang mengidentifikasi tahapan kepindahan, kompensasi kepada pegawai yang pindah, fasilitas penunjang pekerjaan, serta perihal lainnya yang terkait.

2.    Training & Development

Pada tahun-tahun pemindahan ibu kota terdapat jumlah pensiun pegawai yang cukup besar (dari generasi baby boomers dan sebagian dari generasi Y) sehingga perlu dibekali pelatihan/pembekalan hard competency sedini mungkin bagi pegawai lulusan PKN STAN/penerimaan CPNS yang baru bergabung ke DJPb yang akan ditempatkan ke Kaltim.

3.    Performance Management

·      Persiapan dari sisi social cultural untuk pindah dan merintis pekerjaan di tempat yang baru, karena lingkungan sosial dan culture shock adalah suatu yang sangat terkait dengan organizational performance sebagaimana dikatakan Edythe Richards dalam artikelnya yang berjudul How to Survive Workplace Culture Shock bahwa situasi culture shock akan membuat pegawai menjadi demotivasi dan menurunkan kinerja, mengingat masih banyak pegawai yang belum terbiasa dengan pola mutasi dan pegawai yang keluarganya telah merasa firm tinggal di Jakarta/Jawa serta alasan biaya hidup yang relatif lebih mahal di Kaltim.
·      Persiapan pegawai-pegawai di Kaltim dalam menghadapi transisi kantor yang berubah dari Kanwil/KPPN daerah menjadi Kanwil/KPPN ibukota (volume kerja akan meningkat, budaya kerja akan berubah, dsb).
·      Sebelum Kantor Pusat dipindahkan, pegawai-pegawai di Kaltim akan berperan banyak dalam mempersiapkan Kantor Pusat baru. Untuk hal tersebut komposisi SDM di Kaltim harus benar-benar kuat.
·      Dalam hal pemindahan keluarga, ada kemungkinan banyak keluarga yang tidak akan ikut pindah karena telah merasa sudah firm tingal di Jawa, selain itu ada kemungkinan dikarenakan permasalahan lainnya terkait perumahan (housing), sekolah anak (schooling) dan fasilitas lainnya serta biaya hidup yang lebih mahal. Hal ini akan mempengaruhi performa kinerja pegawai karena akan banyak pegawai yang melakukan kunjungan keluarga yang akan mempengaruhi banyaknya cuti/izin tidak masuk kantor yang diambil para pegawai.
·      Performa organisasi diperkirakan tidak akan mengalami penurunan. Hal ini pernah dibuktikan oleh sebuah studi yang dilakukan universitas California pada 167 institusi yang dipindahkan ke kota lainnya di era 90an. Menurut studi tersebut hanya ada sedikit saja pada perubahan performa, namun untuk penelitian berdasarkan jarak relokasi menunjukan tidak ada pengaruh jarak terhadap performa. 

4.    Retirement & replacement

Perlu dicatat bahwa gelombang pensiun besar akan terjadi pada puncaknya mulai tahun 2022. Terkait dengan hal tersebut, kebijakan rekrutmen harus dapat mengikuti dengan cepat sehingga DJPb tidak mengalami kekurangan pegawai yang terlalu drastis di tahun kepindahan ibu kota (mulai tahun 2024) yaitu dengan cara mengusulan calon pegawai baru (D1/D3/D4/S1) ke Biro SDM Setjen sejak minimal 1-3 tahun sebelum kepindahan ibu kota untuk mengisi gap pada masa tersebut. 
 
          Proyeksi formasi SDM DJPb dalam 10 tahun kedepan

B.   Tahap Komunikasi (Communication Steps)

1.    Masalah utama tahap komunikasi:

·      Masalah yang mungkin dialami saat ini yaitu bagaimana mensosialisasikan dan menjelaskan secara tepat kepada pegawai terutama pegawai yang sudah merasa firm tinggal di Jakarta tentang pentingnya ikut pindah bersama organisasi dalam mensukseskan program pemindahaan ibu kota ke Kaltim
·      Saat ini informasi kepindahan ibu kota masih bersifat isu publik dan hanya bersifat satu arah, sehingga perlu dilakukan komunikasi 2 arah (organisasi vs pegawai) terkait kepindahan ibu kota, namun masih perlu mempertimbangkan bentuk komunikasi apa yang paling efektif.

2.    Solusi yang dapat ditempuh:

·      Tahap komunikasi dilakukan oleh pimpinan organisasi atau bagian manajemen SDM kepada para pegawai, yaitu dengan memberikan pemaparan secara jelas dan transparan kepada para pegawai mengenai kepindahan organisasi ke Kaltim, diantaranya perihal: kapan waktu kepindahan, bagaimana proses kepindahan, siapa saja yang dipindah, apa saja yang menjadi hak pegawai yang dipindah, bagaimana fasilitas yang didapat di Kaltim, dan lain sebagainya
·      Pihak SDM DJPb harus dapat memastikan jumlah pegawai yang bersedia pindah sebelum tahap pelaksanaan pindah ibu kota melalui suatu survey, karena survey  merupakan media informasi efektif yang bisa menggambarkan keinginan keseluruhan pegawai, dan kemudian menyiapkan pegawai untuk mengisi gap jika jumlah formasi masih belum cukup serta mengajukan formasi pegawai untuk setiap tahunnya sesuai kebutuhan organisasi ke Biro SDM Setjen.
·      Menurut studi, berapapun jarak dari tempat lama ke tempat yang baru tidaklah menjadi masalah dalam kepindahan pegawai, namun masih ada faktor lainnya yang dapat menghambat proses kepindahan pegawai terutama masalah keluarga dan sudah nyaman dilokasi saat ini. Sehingga, perlu adanya suatu komunikasi dan perencanaan yang baik sehingga diperoleh hasil yang optimal (win-win solution).
·      Komunikasi yang dilakukan antara organsisasi dengan pegawainya sebaiknya dipertimbangkan sebaik mungkin karena keberhasilan upaya komunikasi bergantung pada:
o  Kejelasan (clarity). Menurut Krell (2014), instansi harus menjelaskan alasan kepindahan beserta informasi lainnya seperti kapan waktu kepindahan, siapa saja yang dipindah, berapa lama masa transisinya (masa transisi pemindahan ibu kota ke Kalimantan Timur dimulai tahun 2024).
o  Konsistensi (consistency). Hal ini diartikan konsisten mengkomunikasikan perihal realokasi/kepindahan unit organisasi kepada para pegawai secara periodik.
o  Komunikasi dua arah (two-way nature). Mendengarkan dan menanggapi kekhawatiran karyawan. Organisasi harus dapat mengidentifikasi fitur/fasilitas yang ada di ibu kota baru secara transparan guna menampung keinginan para pegawai.
o  Daya tanggap organisasi (responsiveness). Mampu menjelaskan manfaat pemindahan kantor beserta fasilitas yang akan didapat dan bersifat responsif terhadap kendala/masukan dari para pegawai.

C.      Tahap Implementasi (implementation steps)

1.    penyelesaian masalah retensi (Retention)

Bentuk retensi biasanya terkait masalah umum yang menjadi fundamental dari proses relokasi pegawai ke tempat baru yang yang dialami Human Resource Management disetiap organisasi diseluruh dunia (www.gorelo.co, 2019) yaitu banyak pegawai yang telah firm di tempat yang lama sehingga merasa keberatan untuk pindah ke tempat yang baru. Jika dipaksakan tanpa perlakuan khusus sering berakibat pada banyaknya karyawan yang meminta mengundurkan diri untuk pensiun. Selain itu, masalah retensi ini adalah salah satu faktor terkait kegagalan pemindahan ibu kota yang dijelaskan pada bagian halaman pendahuluan kajian ini. Menurut Douglas Weed, vice president pada perusahaan global services and supplier solutions di USA, masalah tersebut diantaranya: perasaan nyaman dilokasi saat ini (firm), rumah tinggal (housing), anak sekolah (children schooling), biaya hidup yang lebih tinggi (living cost), fasilitas kesehatan di awal-awal kepindahan ibu kota (medical care) dan fasilitas lainnya.
Studi lainnya di Inggris dan Amerika Utara oleh Mark Saunders yang menyimpulkan bahwa hambatan relokasi pegawai yaitu terkait masalah personal dan masalah keuangan, dan menuntut campur tangan organisasi yang didesain untuk mengatasi hal ini.
Pihak organisasi dapat melakukan upaya-upaya untuk mengurangi retensi tersebut dengan berbagai alternatif antara lain:
·   Menawarkan insentif bagi karyawan yang membantu memperlancar transisi. Sebagai contoh seperti yang dikemukankan oleh Krell (2014) dalam artikelnya yang berjudul Managing HQ Relocations, bahwa institusi dapat memberikan "bonus pindah" pada karyawan agar mereka lebih tertarik pindah dari pada tetap tinggal di kota yang lama. Bisa berupa biaya pindah yang diperbesar jumlahnya atau diberikan tunjangan khusus (tunjangan ibu kota) kepada pegawai untuk mempercepat daya tarik pegawai pada masa transisi.
·        Kejelasan fasilitas penunjang yang akan diberikan kepada pegawai yang bersedia pindah. Hal ini terkait bagaimana budaya organisasi memperlakukan pegawainya dengan sebaik-baiknya sehingga mengurangi retensi atas relokasi tersebut (hrexecutive.com, 13 Maret 2018), yaitu diantaranya dengan memberikan fasilitas penunjang yang bisa membuat pegawai lebih tertarik pindah ke Kaltim.
·       Menjelaskan kepada pegawai mengenai apa manfaat dari kepindahan ibu kota. Menurut studi pada perusahaan di Inggris bernama Active Workplace Solutions (2019) bahwa diantaranya ada 2 manfaat dari relokasi organisasi, yaitu:
o   Save On Costs. Yaitu ditempat baru akses ke kantor lebih mudah dan murah dari pada di Jakarta dimana kemacetan merupakan isu utama
o   Energises The Business. Relokasi pegawai dapat menciptakan energi dan suasana yang baru yang dapat meningkatkan performa kinerja pegawai.
·      Terkait pegawai yang tidak bersedia dipindahkan ke Kalimantan Timur sehingga diberi kebijakan untuk tetap di Jakarta/diminta mengajukan pensiun dini, maka gap kekurangan jumlah formasi pegawai yang pindah dapat ditambah dengan menggunakan optimalisasi pegawai yang sudah mengisi preferensi homebase di Kalimantan (sebanyak 263 pegawai untuk total di Kalimantan dan 24 pegawai diantaranya berasal dari Kalimantan Timur) pada aplikasi PbnOpen untuk mengisi kekurangan formasi pegawai tersebut.

2.    Mekanisme pemberdayaan pegawai (Hiring)

·   Bagian SDM harus menetukan sejak awal unit dan pegawai mana saja yang akan direlokasi ke ibu kota baru sesuai demografi pegawai yang telah dipetakan pada tahap perencanaan dan disesuaikan dengan hasil dari survey kepada para pegawai terkait kepindahan organisasi.
·      Generasi SDM manakah yang menjadi prioritas untuk memperkuat SDM di ibu kota yang baru? Menurut hasil riset dari IBM Institute for Bisnis Value (2014) mengenai penelitian yang mensurvei lebih dari 1.700 pekerja di enam industri dari 12 negara (dominan benua eropa dan amerika) ini menggunakan 10 variabel dalam menilai tiga generasi tersebut. Hasilnya dari 10 variabel itu terdapat perbedaan 1-5 persen dari setiap generasi. Contoh ekspektasi membuat dampak besar bagi perusahaan, milenial (25 persen), generasi X (21 persen), dan baby boomers (23 persen). Hal ini menyimpulkan organisasi perlu memilih generasi milenial menjadi lebih diprioritaskan untuk mengisi unit baru. Hal ini diperkuat dengan pernyataan hasil studi lainnya yang dilakukan oleh Brynne Herbert (2014) pada papernya yang berjudul strategic human resource review yang menyimpulkan bahwa Lebih dari 70 persen pegawai baru menginginkan untuk bertugas di luar wilayah homebase untuk mencari pengalaman pada karir mereka.
·     Ahli demografi William Straus and Neil Howe mendefinisikan Milenial adalah generasi yang lahir antara tahun 1982–2004 (www.id.wikipedia.org, 2019)
      
     Untuk demografi pegawai DJPb secara nasional (7170 pegawai), total pegawai milenial sudah cukup banyak mencapai 39% (2775 pegawai) dan total pegawai non milenial berjumlah 61% (4395 pegawai). Angka tersebut dapat diuraikan ke dalam skala lebih kecil yaitu dalam lingkup Jakarta dan Kaltim dan terlihat untuk kedua kota ini lebih banyak jumlah pegawai milenialnya dibandingkan pegawai non milenialnya (pegawai milenialnya masing-masing 58% dan 57 %), hal ini meunjukkan bahawa komposisi SDM di kedua kota yg akan digabung ini akan membentuk talenta yang solid dalam mensukseskan kinerja pemerintahan di ibu kota baru tersebut.
·     Organisasi juga perlu memberdayakan pegawai lokal untuk membantu formasi SDM di tempat baru karena mereka memiliki pengetahuan yang lebih terhadap situasi dan kondisi di Kaltim.
·     Organisasi juga perlu membuat “program relokasi/pemindahan pegawai” yang bertujuan untuk memproteksi kedua pegawai dan organisasi dari perselisihan agar proses transisi kepindahan pegawai bisa dilaksanakan secepat mungkin dan dapat dicapainya tingkat well-being pegawai yang memadai (Deloitte, 2016) sesuai arahan road map DJPb sehingga tercapai kesuksesan jangka panjang bagi organisasi dan karir pegawai.




KESIMPULAN DAN SARAN



A.   Kesimpulan

Dari aspek sumber daya manusia terdapat 3 bagian yang harus dipersiapkan yaitu planning steps, communications steps, dan Implementation (retention & hiring) steps agar proses kepindahan ibu kota dapat berjalan lancar.
Hampir semua unit di Jakarta memiliki prosentase beban kerja terhadap pegawai yang memadai sehingga komposisi pegawai untuk memperkuat ibu kota baru yang pegawainya berasal dari Jakarta tidak akan mengalami masalah. Namun terdapat cukup banyak pegawai yang telah mendekati masa pensiun, sehingga perlu dipersiapkan formasi pengganti saat pemindahan unit tersebut ke Kaltim.
Saat pemindahan Ibu Kota diperkirakan jumlah gabungan unit dari Jakarta dan Kaltim akan menjadi 8 KPPN reguler, 3 KPPN khusus dan Kantor Pusat dengan total pegawai sekitar 1532 orang yang merupakan formasi cukup ideal untuk menjalankan tupoksi yang ada. Adapun pemindahan pegawai tersebut dilakukan secara bertahap yang diperkirakan mulai tahun 2024.
Pada masa transisi pemindahan ibu kota, jumlah pegawai yang pindah dapat dilakukan dengan 2 metode opsi yaitu opsi pemindahan secara bertahap dan opsi pemindahan secara serentak.

B.    Saran

Saran terkait proses pemindahan pegawai ini yaitu dikarenakan jumlah pegawai yang sangat banyak ini (sekitar 1472 pegawai), dipandang perlu untuk dapat menyiapkan formasi pegawai yang tepat jumlah dan tepat kualitas (right quality&quantity) untuk dipindahkan ke ibu kota baru.
Pihak SDM DJPb harus dapat memastikan jumlah pegawai yang bersedia pindah sebelum tahap pelaksanaan pindah ibu kota melalui suatu survey dan kemudian menyiapkan pegawai untuk mengisi gap tersebut dari komposisi SDM yang ada terutama pegawai yang masuk kategori milenial dan juga dipandang perlu mengoptimalkan pegawai yang preferensi homebasenya di Kalimantan untuk mengisi gap formasi tersebut.
Sebagai hasil dari proses perencanaan, profesional pada Bagian SDM DJPb harus membuat dokumen kebijakan yang mengidentifikasi tahapan kepindahan, kompensasi kepada pegawai yang pindah, fasilitas penunjang pekerjaan, serta perihal lainnya yang terkait.





REFERENSI


1.       activeworkplacesolutions.co.uk. 2019. How An Office Relocation Will Be Of Great Benefit To Your Business. https://www.activeworkplacesolutions.co.uk/blog/relocation/how-an-office-relocation-will-be-of-great-benefit-to-your-business. Diakses pada 1 Nopember 2019.
2.       cnbcindonesia.com. 2019. Pak Jokowi, Ingat Ada Negara yang Gagal Pindahkan Ibu Kota. https://www.cnbcindonesia.com/news/20190823193407-4-94318/pak-jokowi-ingat-ada-negara-yang-gagal-pindahkan-ibu-kota. Diakses pada 14 Nopember 2019
3.       Eric Krell. 2014. Managing HQ Relocations. https://www.shrm.org/hr-today/news/hr-magazine/pages/0314-talent-management-relocation.aspx). Diakses pada 1 Nopember 2019.
4.       gorelo.co. 2019. How to Successfully Relocate Employees. https://www.gorelo.co/tools-and-tips/insights/relocating-employees/. Diakses pada 1 Nopember 2019.
5.       greatbigminds.com. 2018. Understanding Why Planning Is Important For Success. https://www.greatbigminds.com/understanding-why-planning-important-for-success/
6.       Gregory, Richard & Lombard, John & Seifert, Bruce. (2005). Impact of Headquarters Relocation on the Operating Performance of the Firm. Economic Development Quarterly - ECON DEV Q. 19. 260-270.
7.       hrexecutive.com. 2018. Motive to Move. https://hrexecutive.com/motive-to-move/. Diakses pada 1 Nopember 2019.
8.   iofficecorp.com. 2019. 5 Real-Life Office Relocation Success Stories. https://www.iofficecorp.com/blog/office-relocation-success-stories
9.       Joanna Tyrowicz, Lucas van der Velde, & Jan Svejnar. (2016). Effects of Labor Reallocation on Productivity and Inequality: Insights from Studies on Transition. IZA DP No. 10229
10.   Mikhael Gewati. 2019. Di Dunia Kerja, Millenial dan Generasi Sebelumnya Ternyata Sama. https://edukasi.kompas.com/read/2019/04/14/07000061/di-dunia-kerja-millenial-dan-generasi-sebelumnya-ternyata-sama?page=all. Diakses pada 1 Nopember 2019.
11.   oxford-review.com. 2016. Why employee relocation is a good idea and how best to relocate employees: New Research. https://www.oxford-review.com/employee-relocation-work/. Diakses pada 12 Nopember 2019
12.   Saunders, Mark & Thornhill, Adrian. (1998). Assessing the effectiveness of relocation support: Some evidence from the UK. Personnel Review. 27. 124-142. 10.1108/00483489810369278.
13.   wikipedia.org . 2019. Milenial. https://id.wikipedia.org/wiki/Milenial.  Diakses pada 1 Nopember 2019.

#indonesia treasury
#tresury DJPB
#indonesiantreasury

persiapan pindah ibu kota, jakarta ke  kalimantan, terkait sumber daya manusia (SDM), kajian pindah ibu kota, SDM